kaemfret.blogspot.com - Ketika kita berbicara tentang syari’at dan ibadah, tak bisa tidak, mesti mengikuti dalil, bukan sekedar pendapat. Ada dalil dikerjakan, tak ada dalil tak usah dikerjakan. Itulah prinsip dlm syari’at yg begitu mudah, sehingga seseorang tak dibebani untk membuat-buat syari’at selain hanya mengikuti syari’at Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam. Shalat sunnah qabliyyah Jum’at yg dimaksudkan adlh shalat sunnah antara adzan dan iqamat dlm rangkaian pelaksanaan shalat Jum’at. Para ulama berbeda pendapat dlm masalah ini. Tapi demikian, beberapa ulama ahli hadits dan peneliti menyatakan tak ada riwayat shahih yg menetapkan adanya shalat sunnah (rawaatib) qabliyyah Jum’at dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dulu di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, adzan hanya dilaksanakan sekali. Ketika seseorang datang ke masjid, ia mengerjakan shalat tahiyyatul-masjid, shalat sunnah mutlak sesuai kehendaknya / kemampuannya, mendengarkan adzan, dan diam mendengarkan khuthbah. Berikut beberapa riwayat yg menjelaskannya:
Dulu di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, adzan hanya dilaksanakan sekali. Ketika seseorang datang ke masjid, ia mengerjakan shalat tahiyyatul-masjid, shalat sunnah mutlak sesuai kehendaknya / kemampuannya, mendengarkan adzan, dan diam mendengarkan khuthbah. Berikut beberapa riwayat yg menjelaskannya:
عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ، ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الْإِمَامُ، إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى "
Dari Salmaan Al-Faarisiy, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Tidaklah seseorang mandi pd hari Jum’at, dan bersuci semampunya, berminyak dgn minyak, / mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan ia tak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian ia mendirikan shalat yg sesuai dgn yg telah ditetapkan untuknya (yaitu : sesuai dgn kemampuannya - Abul-Jauzaa’), lalu diam mendengarkan ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yg terjadi) antara Jum’at tersebut ke Jum’at berikutnya [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 883]. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ، ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ، ثُمَّ يُصَلِّي مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى، وَفَضْلُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : Barangsiapa mandi kemudian menghadiri shalat Jum’at, lalu mengerjakan shalat sesuai kemampuannya, selanjutnya ia diam sehingga imam selesai dari khutbahnya dan kemudian mengerjakan shalat bersamanya, maka akan diampuni (dosa-dosanya yg terjadi) antara Jum’at tersebut ke Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari [Diriwayatkan oleh Muslim no. 857]. عَنْ أَبي أَيُّوب الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَمَسَّ مِنْ طِيب إِنْ كَانَ عِنْدَهُ، وَلَبسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابهِ، ثُمَّ خَرَجَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمَسْجِدَ فَيَرْكَعَ إِنْ بدَا لَهُ، وَلَمْ يُؤْذِ أَحَدًا، ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ إِمَامُهُ حَتَّى يُصَلِّيَ، كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بيْنَهَا وَبيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى "
Dari Abu Ayyuub Al-Anshaariy, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yg mandi pd hari Jum'at dan memakai wewangian jika ia punyai, kemudian memakai pakaiannya yg paling bagus, kemudian ia keluar hingga tiba di masjid, maka hendaklah ia shalat bila mau dan tak mengganggu seorang pun. Kemudian ia diam apabila imam keluar hingga melaksanakan shalat. Maka yg demikian itu merupakan penghapus dosa baginya antara Jum’at tersebut ke Jum’at berikutnya [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/420-421; hasan dgn penguat hadits sebelumnya]. عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ، قَالَ: كَانَ بِلَالٌ يُؤَذِّنُ إِذَا جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَإِذَا نَزَلَ أَقَامَ، ثُمَّ كَانَ كَذَلِكَ فِي زَمَنِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
Dari As-Saaib bin Yaziid, ia berkata : Dulu Bilaal mengumandangkan adzan apabila Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah duduk di atas mimbarnya pd hari Jum'at. Apabila beliau turun (dari mimbar), ia beriqamat. Begitu jg yg terjadi pd jaman Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1394; shahih]. عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَقَالَ: أَصَلَّيْتَ يَا فُلَانُ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: قُمْ فَارْكَعْ
Dari Jaabir bin ‘Abdillah, ia berkata : Seorang laki-laki datang (masuk masjid) dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah pd hari Jum’at. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apakah engkau sudah shalat wahai Fulaan ?. Ia menjawab : Belum. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Berdiri dan shalatlah [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 930 dan Muslim no. 875 (54)]. Dalam riwayat lain, laki-laki yg datang tersebut adlh Sulaik Al-Ghathafaaniy radliyallaahu ‘anhu: عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ قَالَ: جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَقَعَدَ سُلَيْكٌ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَكَعْتَ رَكْعَتَيْنِ، قَالَ: لَا، قَالَ: قُمْ فَارْكَعْهُمَا
Dari Jaabir bahwasannya ia berkata : Sulaik Al-Ghathafaaniy datang (ke masjid) pd hari Jum’at sedangkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas mimbar. Maka Sulaik pun duduk sebelum mengerjakan shalat. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : Apakah engkau sudah shalat dua raka’at ?. Ia menjawab : Belum. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Berdiri lalu shalatlah dua raka’at [Diriwayatkan oleh Muslim no. 875 (58)]. Beberapa faedah yg dpt diambil dari hadits-hadits di atas terkait pembahasan yaitu: 1. Adzan yg dilakukan di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah sekali. 2. Disunnahkan saat datang pertama kali ke masjid untk mengerjakan shalat tahiyyatul-masjid sebelum duduk, meskipun imam sedang berkhuthbah. Hal ni sesuai dgn keumuman sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: عَنْ أَبِي قَتَادَةَ السَّلَمِيِّ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
Dari Abu Qataadah As-Sulamiy, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apabila salah seorang diantara kalian masuk masjid, hendaklah ia shalat dua raka’at sebelum ia duduk [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 444 & 1167 dan Muslim no. 714].Catatan penting: Dalam riwayat Ibnu Maajah disebutkan: حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَعَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَا: جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَصَلَّيْتَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تَجِيءَ؟ "، قَالَ: لَا، قَالَ: " فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا "
Telah menceritakan kepada kami Daawud bin Rusyaid[1] : Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyaats[2], dari Al-A’masy[3], dari Abu Shaalih dari Abu Hurairah, dan dari Abu Sufyaan dari Jaabir, keduanya berkata : Sulaik Al-Ghathafaaniy datang (ke masjid) sedangkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : Apakah engkau sudah shalat dua raka’at sebelum engkau datang ?. Ia berkata : Belum. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Shalatlah dua raka’at, dan cepatkanlah [Sunan Ibni Maajah no. 1114]. Diriwayatkan jg oleh Abu Ya’laa[4] meriwayatkan dlm Musnad-nya no. 1946dari jalan Daawud bin Rusyaid. Sebagian ulama berdalil dgn hadits ni akan maysru’-nya shalat sunnah rawaatib qabliyyah Jum’at. Al-Haafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaaniy rahimahullah berkata: لَمْ يَذْكُرْ الرَّافِعِيُّ فِي سُنَّةِ الْجُمُعَةِ الَّتِي قَبْلَهَا حَدِيثًا، وَأَصَحُّ مَا فِيهِ مَا رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ عَنْ دَاوُد بْنِ رُشَيْدٍ، عَنْ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، عَنْ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَعَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرِ قَالَ: «جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ وَرَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَخْطُبُ فَقَالَ لَهُ: أَصْلَيْتَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تَجِيءَ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا» . قَالَ الْمَجْدُ ابْنُ تَيْمِيَّةَ فِي الْمُنْتَقَى: قَوْلُهُ: «قَبْلَ أَنْ تَجِيءَ» دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُمَا سُنَّةُ الْجُمُعَةِ الَّتِي قَبْلَهَا، لَا تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ. وَتَعَقَّبَهُ الْمَزِيُّ: بِأَنَّ الصَّوَابَ: أَصَلَّيْت رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تَجْلِسَ؟ فَصَحَّفَهُ بَعْضُ الرُّوَاةِ
Ar-Raafi’iy tak menyebutkan hadits tentang shalat sunnah qabliyyah Jum’at. Dan hadits yg paling shahih tentangnya adlh adalah apa yg diriwayatkan oleh Ibnu Maajah dari Daawud bin Rusyaid, dari Hafsh bin Ghiyaats, dari Al-A’masy, dari Abu Shaalih, dari Abu Hurairah, dan dari Abu Sufyaan, dari Jaabir, keduanya berkata : Sulaik Al-Ghathafaaniy datang (ke masjid) sedangkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : Apakah engkau sudah shalat dua raka’at sebelum engkau datang ?. Ia berkata : Belum. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Shalatlah dua raka’at, dan cepatkanlah. Al-Majd bin Taimiyyah berkata dlm Al-Muntaqaa : Sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘sebelum engkau datang’, merupakan dalil bahwa shalat dua raka’at tersebut adlh shalat sunnah qabliyyah Jum’at, bukan tahiyyatul-masjid. Al-Mizziy mengkritiknya bahwasannya yg benar : ‘Apakah engkau sudah shalat dua raka’at sebelum engkau duduk ?’. Sebagian perawinya telah melakukan tashhiif (salah menulis) [At-Talkhiishul-Habiir, 2/149]. Perkataan Al-Mizziy ni dinukil jg oleh Ibnul-Qayyim [Zaadul-Ma’aad, 1/434] dan Al-Mubaarakfuriy [Tuhfatul-Ahwadziy, 2/61] rahimahumullah. Untuk mengetahui benar tidaknya yg dikatakan Al-Mizziy rahimahullah, perlu kita telusuri jalur-jalur periwayatan, terutama yg berporos pd Al-A’masy. Daawud bin Rusyaid dlm periwayatan dari Hafsh bin Ghiyats di sini diselelisihi oleh: a. Muhammad bin Mahbuub[5] (tsiqah) dan Ismaa’iil bin Ibraahiim[6] (tsiqah lagi ma’muun); sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daawud[7] no. 1116 dan Ibnu Hazm[8] dlm Al-Muhallaa 3/276. b. Ibnu Numair[9] (tsiqah, haafidh, lagi faadlil); sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Ya’laa[10] no. 2276. c. Ibnu Abi Syaibah[11] (tsiqah lagi haafidh, dan mempunyai banyak tulisan) dlm Al-Mushannaf[12]2/110 (4/69) no. 5204 & 2/116 (4/85) 5252. d. ‘Umar bin Hafsh bin Ghiyaats[13] (tsiqah); sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy[14] dlm Al-Qiraa’ah no. 157 dan Ath-Thahawiy[15] dlm Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/365 no. 2153. semuanya meriwayatkan tanpa lafadh ‘sebelum engkau datang’. Lafadh hadits yg mereka bawakan adlh sebagai berikut: جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ، فَجَلَسَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا سُلَيْكُ، قُمْ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ تَجَوَّزْ فِيهِمَا، ثُمَّ قَالَ: إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ يَتَجَوَّزُ فِيهِمَا
Sulaik Al-Ghathafaaniy datang (ke masjid) pd hari Jum’at sedangkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah, lalu ia (Sulaik) langsung duduk. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Wahai Sulaik, berdiri, lalu shalatlah dua raka’at yg ringan dan cepatkanlah. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan : Apabila salah seorang diantara kalian datang (ke masjid) dan imam sedang berkhuthbah, hendaklah ia shalat dua raka’at yang ringan dan mempercepatnya [lafadh milik Al-Bukhaariy dlm Al-Qiraa’ah no. 157 dari jalan ‘Umar bin Hafsh, dari ayahnya]. ‘Umar bin Hafsh ketika membawakan riwayat ayahnya tersebut berkata: حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ، يَذْكُرُ حَدِيثَ سُلَيْكٍ الْغَطَفَانِيِّ، ثُمَّ سَمِعْتُ أَبَا سُفْيَانَ، بَعْدُ يَقُولُ: سَمِعْتُ جَابِرًا، يَقُولُ:.............
Telah menceritakan kepada kami ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, ia berkata : Aku mendengar Abu Shallih menyebutkan hadits Sulaik Al-Ghathafaaniy, kemudian aku mendengar Abu Sufyaan setelah itu berkata : Aku mendengar Jaabir berkata : .....(al-hadits)...... Artinya ‘Umar bin Hafsh hapal dan menguasai periwayatan dari ayahnya yg memberikan perincian lafadh periwayatan Al-A’masy yg berasal dari dua jalur; sementara ashhaab Hafsh yg lain membawakan dgn peringkasan. Riwayat jumhur ashhaab Hafsh bin Ghiyaats tersebut - terutama yg dibawakan oleh ‘Umar bin Hafsh - menjelaskan bahwa konteks perintah shalat dua raka’at saat masuk masjid ketika imam sedang berkhuthbah adlh shalat sunnah tahiyyatul-masjid, bukan shalat qabliyyah Jum’at. Sama seperti riwayat Al-Bukhaariy dan Muslim yg disebutkan di awal. Dikuatkan lagi bahwa dlm jalan yg lain, Daawud bin Rusyaid sendiri membawakan riwayat tanpa lafadh ‘sebelum engkau datang’. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا أَبُو مَعْمَرٍ الْقَطِيعِيُّ، وَدَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ، قَالا: ثنا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، ح وَأَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صَلِّ رَكْعَتَيْنِ تَجَوَّزْ فِيهِمَا "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah Al-Hadlramiy[16] : Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar Al-Qathii’iy[17] dan Daawud bin Rusyaid, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari Al-A’masy, dari Abu Shaalih, dari Abu Hurairah (ح), dan dari Abu Sufyaan, dari Jaabir, mereka berdua berkata : Sulaik Al-Ghathafaaniy datang sementara Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : Shalatlah dua raka’at dan cepatkanlah [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dlm Al-Kabiir 7/192 no. 6698]. Muhammad bin ‘Abdillah Al-Hadlramiy dlm periwayatan dari Daawud bin Rusyaid mempunyai mutaba’ah dari Ahmad bin ‘Aliy bin Al-Mutsannaa sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan[18] no. 6/246 2500. Sanadnya shahih hingga Hafsh bin Ghiyaats. Tapi Abu Ma’mar Al-Qathii’iy dlm jalan riwayat yg lain membawakan dengan lafadh ‘sebelum engkau datang’: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ الْوَاهَّبِ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ هَارُونَ بْنِ سُلَيْمَانَ، ثنا أَبُو مَعْمَرٍ الْقَطِيعِيُّ، ثنا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ، فَقَالَ لَهُ: " صَلَّيْتَ قَبْلَ أَنْ تَجِيءَ؟ قَالَ: لا، قَالَ: صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin ‘Abdil-Wahhaab[19] : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Haaruun bin Sulaimaan[20] : Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar Al-Qathii’iy : Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari Al-A’masy, dari Abu Shaalih, dari Abu Hurairah; dan Abu Suyaan, dari Jaabir, ia berkata : Sulaik Al-Ghathafaaniy datang sementara Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah pd hari Jum’at. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : Apakah engkau shalat sebelum datang ?. Ia menjawab : Belum. Beliau bersabda : Shalatlah dua raka’at dan cepatkanlah [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dlm Ma’rifatush-Shahaabah no. 3661]. Sayangnya, sanad Abu Nu’aim ni lemah karena Muhammad bin Ahmad bin ‘Abdil-Wahhaab, seorang yg majhuul al-haal, sehingga tambahan lafadh ‘sebelum engkau datang’ dlm poros sanad Abu Ma’mar Al-Qathii’iy di sini tak sah karena menyelisihi riwayat yg dibawakan Ath-Thabaraaniy yg sanadnya jauh lebih shahih. Hafsh bin Ghiyaats dlm periwayatan dari Al-A’masy mempunyai mutaba’ah dari: a. ‘Iisaa bin Yuunus[21]; sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim[22] no. 875 (59), Ibnu Khuzaimah[23] 3/167 no. 1835, Ibnu Hibbaan[24] 6/247-248 no. 2502, Al-Baihaqiy[25] dlm Al-Kubraa 3/194 (275) no. 5692 b. Abu Mu’aawiyyah Muhammad bin Khaazim[26]; sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad[27] 3/116, Ath-Thahawiy[28] dlm Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/365 no. 2152, Ad-Daaraquthniy[29] 2/325 no. 1611, Al-Baihaqiy[30] dlm Al-Kubraa 3/194 (275) no. 5692 c. Sufyaan Ats-Tsauriy[31] dan Ma’mar[32]; sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq[33] no. 5514, Ibnul-Mundzir[34] dlm Al-Ausath no. 1841, dan Ath-Thabaraaniy[35] dlm Al-Kabiir 7/192 no. 6697 [Catatan : Ibnu Abi ‘Aashim[36] dlm Al-Aahaad wal-Matsaaniy no. 1279 dan Ad-Daaraquthniy[37] 2/325-326 no. 1612 meriwayatkan jalan ‘Abdurrazzaaq, dari Sufyaan, dari Al-A’masy, dari Abu Sufyaan, dari Jaabir, dari Sulaik] d. Syariik bin ‘Abdillah[38]; sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Ya’laa[39] no. 2186 e. Daawud Ath-Thaaiy[40]; sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan[41] 6/247 no. 2501 f. Zaaidah bin Qudaamah[42]; sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid[43] 2/138-139 no. 1022 Semuanya membawakan riwayat dari Al-A’masy tanpa lafadh ‘sebelum engkau datang’. Lafadh yg dibawakan Muslim adlh : جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَجَلَسَ، فَقَالَ لَهُ " يَا سُلَيْكُ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ، وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا "، ثُمَّ قَالَ: " إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا "
Sulaik Al-Ghathafaaniy datang (ke masjid) pd hari Jum’at sedangkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah, lalu ia (Sulaik) langsung duduk. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : Wahai Sulaik, berdiri, lalu shalatlah dua raka’at dan cepatkanlah. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan : Apabila salah seorang diantara kalian datang pd hari Jum’at dan imam sedang berkhuthbah, hendaklah ia shalat dua raka’at dan cepatkanlah [Shahiih Muslim no. 875 (59)]. Konteks lafadh lafadh ni sama seperti lafadh jama’ah, yaitu perintah untk tetap shalat dua raka’at ringan sebelum duduk meskipun imam telah berdiri berkhuthbah, yaitu shalat tahiyyatul-masjid, sebagaimana dipahami para ulama. Tentu saja, riwayat Muslim - apalagi ia dikuatkan dgn banyak jalan - mesti didahulukan daripada selainnya, sehingga lafadh ‘sebelum engkau datang’ adlh syaadz yg boleh jadi merupakan tashhiif sebagaimana ditegaskan oleh Al-Haafidh Al-Mizziy rahimahullah, yg dilakukan oleh Daawud bin Rusyaid / perawi setelahnya. Yang pasti, lafadh tersebut tak mahfuudh, karena perintah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukan shalat tahiyyatul-masjid tersebut berlaku bagi mereka yg datang ke masjid meskipun imam telah berkhuthbah, dan tak digugurkan dgn shalat sunnah dua raka’at yg dilakukan di rumah (sebelum berangkat ke masjid). Para imam hadits yg menulis kitab-kitab hadits - sependek pengetahuan saya - tak ada yg memasukkan hadits Jaabir ni dlm bab shalat sunnah qabliyyah Jum’at, akan tetapi menuliskannya pd bab orang yg masuk masjid sedangkan imam sedang berkhuthbah di hari Jum’at, yg tak lain adlh sunnah tahiyyatul-masjid. Al-Bukhaariy meletakkan hadits Jaabir dlm Baab : Idzaa Ra-al-Imaam Rajulan Jaa-a wa Huwa Yakhthubu Amarahu An Yushalli Rak’atain dan Baab : Man Jaa-a wal-Imaamu Yakhthubu Shallaa Rak’ataini Khafiifatain, Muslim dlm Baab : At-Tahiyyatu wal-Imaamu Yakhthubu, dan imam-imam yg lainnya. Riwayat Daawud Ath-Thaaiy dari Al-A’masy yg dibawakan Ibnu Hibbaan terdapat qariinah yang menguatkan perkataan Al-Mizziy, yaitu seharusnya lafadnya adlh ‘sebelum engkau duduk’. أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُمَيْرِ بْنِ جَوْصَا، بِدِمَشْقَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى الصُّوفِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ الطَّائِيُّ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: دَخَلَ رَجُلٌ الْمَسْجِدَ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَقَالَ لَهُ " صَلِّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تَجْلِسَ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin ‘Umair bin Jaushaa[44] di Damaskus : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yahyaa Ash-Shuufiy[45] : Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Manshuur[46] : Telah menceritakan kepada kami Daawud Ath-Thaaiy, dari Al-A’masy, dari Abu Sufyaan, dari Jaabir, ia berkata : Seorang laki-laki (yaitu Sulaik A;-Ghthafaaniy) datang ke masjid sementara Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhuthbah pd hari Jum’at. Maka beliau bersabda kepadanya : Shalatlah dua raka’at yg ringan sebelum engkau duduk [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan 6/247 no. 2501]. Sanadnya shahih sampai Al-A’masy. 3. Disunnahkan mengerjakan shalat sunnah mutlak sekehendaknya/semampunya hingga imam keluar untk berkhuthbah. Inilah yg diamalkan para shahabat sebelum pelaksanaan shalat Jum’at. عَنْ ثَعْلَبَةَ بْنِ أَبِي مَالِكٍ الْقُرَظِيِّ، أَنَّهُمْ كَانُوا فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ يُصَلُّونَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَخْرُجَ عُمَرُ، فَإِذَا خَرَجَ عُمَرُ وَجَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَأَذَّنَ الْمُؤَذِّنُونَ. قَالَ ثَعْلَبَةُ: جَلَسْنَا نَتَحَدَّثُ فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُونَ، وَقَامَ عُمَرُ يَخْطُبُ أَنْصَتْنَا فَلَمْ يَتَكَلَّمْ مِنَّا أَحَدٌ
Dari Tsa’labah bin Abi Maalik Al-Quradhiy : Bahwasannya mereka di jaman ‘Umar bin Al-Khaththaab mengerjakan shalat sunnah hingga ‘Umar keluar. Ketika ‘Umar keluar dan duduk di atas mimbar, muadzdzin mengumandangkan adzan. Tsa’labah berkata : Kami duduk dan berbincang-bincang. Apabila muadzdzin telah diam (selesai) dan ‘Umar berdiri untk berkhuthbah, kami pun diam dan tak ada seorang pun di antara kami yg berbicara [Diriwayatkan oleh Maalik 1/446 no. 247; shahih]. ‘Mereka’ yg dimaksudkan di sini adlh para shahabat dan taabi’iin yg hidup di masa pemerintahan ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu. Maksud shalat di sini adlh shalat sunnah mutlak yg dilakukan sebelum imam keluar dan dikumandangkannya adzan, sedangkan adzan di jaman ‘Umar hanya dilakukan sekali. عَنْ نَافِعٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُطِيلُ الصَّلَاةَ قَبْلَ الْجُمُعَةِ، وَيُصَلِّي بَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ وَيُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ
Dari Naafi’, ia berkata : Ibnu ‘Umar biasa memanjangkan shalatnya sebelum shalat Jum'at, dan shalat sunnah setelahnya dua raka'at di rumahnya; dan ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jg melakukan yg demikian itu [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1128, Ibnu Khuzaimah 3/168 no. 1836, Ibnu Hibbaan 6/227 no. 2476, dan yg lainnya; shahih]. Memanjangkan shalat di sini dilakukan sebelum imam keluar untk berkhuthbah. حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ، عَنِ ابْنِ عَوْنٍ، عَنْ نَافِعٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُهَجِّرُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَيُطِيلُ الصَّلَاةَ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ الْإِمَامُ
Telah menceritakan kepada kami Mu’aadz bin Mu’aadz, dari Ibnu ‘Aun, dari Naafi’, ia berkata : Dulu Ibnu ‘Umar bergegas-gegas (berangkat ke masjid) pd hari Jum’at, lalu memanjangkan shalatnya sebelum imam keluar (untuk berkhuthbah) [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/129 (4/114) no. 5403; sanadnya shahih]. [Catatan : Sebagian orang berhujjah dgn riwayat ni tentang dimasyru’kannya shalat rawatib qabliyyah Jum’at. Ini jelas keliru, karena yg dikerjakan Ibnu ‘Umar adlh shalat sunnah mutlak sebelum imam keluar untk berkhuthbah. Tidak ada shalat sunnah lain yg dilakukan para shahabat sebelum adzan/imam naik mimbar di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kecuali shalat sunnah mutlak] Dikarenakan sifatnya mutlak, maka jumlah raka’at dikerjakan salaf sangatlah variatif. Mereka mengerjakannya sesuai dgn keinginan/kemampuan masing-masing. Berikut sebagian riwayat-riwayatnya: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ: ثنا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، قَالَ: ثنا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ سَالِمِ بْنِ بَشِيرِ بْنِ حَجْلٍ الْعَيْشِيِّ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ أَنْ يَأْتِيَ الْجُمُعَةَ &
other source : http://kompas.com, http://dailymotion.com, http://abul-jauzaa.blogspot.com
0 Response to "Adakah Shalat Sunnah Qabliyyah Jum’at?"
Posting Komentar