This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

TAJUK RENCANA: Semua Pihak Perlu Menahan Diri (Kompas)

Seperti diduga, sikap agresif Tiongkok di wilayah tumpang tindih klaim di Laut Tiongkok Selatan mendorong peningkatan ketegangan di kawasan itu.

Pemerintah Filipina, Senin (20/7), mengajukan anggaran 25 miliar peso (sekitar Rp 7,4 triliun) untk membeli 2 fregat, 2 pesawat pengintai jarak jauh, dan 3 radar pengawasan udara, yg akan digunakan untk mengawasi wilayah tumpang tindih klaim di Laut Tiongkok Selatan.

Anggaran itu, yg merupakan bagian dari anggaran belanja pemerintah sebesar 3 triliun peso (sekitar Rp 888 triliun), akan diajukan ke Kongres pekan depan, sesudah Presiden Benigno Aquino III memberikan pidato kenegaraan terakhirnya, 27 Juli mendatang.

Menurut rencana, seluruh perlengkapan tempur yg baru itu akan ditempatkan di bekas Pangkalan Militer Amerika Serikat di Teluk Subic, 200 kilometer dari gugus karang di utara Filipina yg kini dikuasai Tiongkok.

Gugus kepulauan di perairan Laut Tiongkok Selatan itu merupakan wilayah tumpang tindih klaim di antara empat negara ASEAN (Brunei, Filipina, Malaysia, dan Vietnam), Taiwan, dan Tiongkok.

Dan, akhir-akhir ini, ketegangan di perairan itu meningkat sebagai akibat dari reklamasi dan pembangunan yg dilakukan oleh Tiongkok di salah satu gugus pulau di Kepulauan Spratly, Laut Tiongkok Selatan, yg menjadi wilayah tumpang tindih klaim itu.

Reklamasi dan pembangunan yg dilakukan Tiongkok sejak tahun lalu itu diprotes keras oleh Filipina, tetapi Tiongkok tak peduli. Dari pencitraan satelit diketahui bahwa di atas salah satu pulau buatan hasil reklamasi, Tiongkok hampir menyelesaikan pembangunan lapangan terbang sepanjang 3 kilometer.

Amerika Serikat meminta kepada Tiongkok untk menghentikan reklamasi dan militerisasi di daerah sengketa wilayah itu, dan mengupayakan penyelesaian damai sesuai hukum internasional. Sebaliknya, Tiongkok meminta Amerika Serikat untk tak memihak dlm sengketa wilayah di perairan Laut Tiongkok Selatan.

Permintaan itu dikeluarkan Beijing setelah Komandan Armada Pasifik Amerika Serikat Admiral Scott Swift, Sabtu lalu, melakukan misi pengintaian selama tujuh jam di atas perairan Laut Tiongkok Selatan dgn pesawat patroli P-8A Poseidon. Misi pengintaian itu merupakan bagian dari kunjungan Swift baru-baru ni ke Filipina.

Kita mengetahui bahwa peningkatan ketegangan di perairan Laut Tiongkok Selatan itu memang benar terjadi. Itu sebabnya, kita sangat berharap, baik Filipina, Tiongkok, maupun Amerika Serikat mau menahan diri dan tak melakukan kegiatan-kegiatan yg berpotensi membuat ketegangan di perairan Laut Tiongkok Selatan yg sudah tinggi itu kemudian terdorong menjadi tak terkendali. Apalagi hingga berkembang menjadi konflik terbuka.

0 Response to "TAJUK RENCANA: Semua Pihak Perlu Menahan Diri (Kompas)"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *