This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Pengertian Psikologi Kognitif & Sejarah Psikologi Kognitif

kaemfret.blogspot.com - Pengertian Psikologi Kognitif dan Sejarah Psikologi Kognitif - Artikel ni berisi tentang pengantar psikologi kognitif. Hal yg dibahas adlh definisi psikologi kognitif, sejarah psikologi kognitif, serta metode yg digunakan dlm psikologi kognitif. Melalui artikel ni diharapkan mengenal psikologi kognitif, memahami definisi psikologi kognitif, sejarah psikologi kognitif, serta metode yg digunakan dlm psikologi kognitif dan dpt mengaplikasikan dlm kehidupan sehari-hari.

Definisi Psikologi Kognitif

Psikologi Kognitif adalah sebuah bidang studi tentang bagaimana manusia memahami, belajar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi

Seorang psikolog kognitif mempelajari cara manusia memahami beragam bentuk, mengapa kita bisa mengingat beberapa hal tapi jg bisa lupa terhadap hal lain, / bagaimana manusia belajar bahasa, serta bagaimana cara manusia berpikir.

Pengertian Psikologi Kognitif & Sejarah Psikologi Kognitif
image source: www.socialsciences.leiden.edu
baca juga: Pengertian dan Teori Transfer dlm Belajar Menurut Ahli

Sejarah Psikologi Kognitif

Psikologi berkembang menjadi sebuah ilmu diawali oleh Plato dan Aristoteles yg telah mempengaruhi pemikiran modern di bidang Psikologi dan bidang lainnya. Mereka merenungkan cara terbaik memperoleh pengertian tentang kebenaran. Plato yakin bahwa rasionalisme yaitu dgn analisis logis dpt menjawab tentang kebenaran. Sedangkan Aristoteles yakin bahwa memperoleh pengetahuan melalui empirisme yaitu dgn pembuktian empiris melalui pengalaman dan observasi. Pandangan Aristoteles ni mendasari penelitian empiris di bidang psikologi, sedangkan pandangan Plato digunakan sebagai landasan penggunaan penalaran dlm mengembangkan suatu teori.

Pada abad ke-20, Psikologi telah muncul sebagai sebuah bidang studi yg mandiri. Wundt memfokuskan studi kepada struktur-struktur pikiran (disebut strukturalisme), sedangkan James dan Dewey memfokuskan studi kepada proses-proses pikiran (disebut fungsionalisme). Kemudian muncul asosianisme, digagas oleh Ebbinghaus dan Thorndike. Mereka membuka jalan menuju lahirnya behaviorisme dgn menekankan pentingnya asosiasi-asosiasi mental.

Langkah lain menuju Behaviorisme adlh temuan Pavlov tentang prinsip-prinsip pengondisian klasik. Watson dan kemudian Skinner adlh pelopor utama behaviorisme. Mereka memfokuskan studi sepenuhnya pd kaitan-kaitan antara perilaku organisme dan perubahan lingkungan yg bisa memperkuat / melemahkan kemungkinan untk mengulangi perilaku tertentu. Sebagian besar behavioris meninggalkan sepenuhnya konsep yg menyatakan bahwa kemajuan bisa diperoleh dari upaya psikolog yg memahami apa yg sedang berlangsung didalam pikiran individu, yg terekspresikan dlm perilaku. Tapi begitu, Tolman dan peneliti behavioris sesudahnya membuktikan bahwa proses-proses kognitif berperan penting dlm mempengaruhi perilaku.
Perkembangan yg lalu saling melengkapi diantara bidang-bidang studi ni mendorong lahirnya psikologi kognitif sebagai sebuah disiplin ilmu yg mandiri, dipelopori oleh tulisan-tulisan Neisser (Sternberg, 2008).

Beberapa madzhab yg terdapat pd awal kemunculan Psikologi adalah:
  1. Strukturalisme, dialektika ni berusaha memahami struktur (konfigurasi unsur-unsur) pikiran daan persepsi dgn menganalisis komponen-komponennya yg paling dasar. Tokohnya adlh Wundt (1832-1920), Wundt mendukung studi tentang pengalaman-pengalaman panca indera melalui intropeksi. Intropeksi adlh cara menatap ke dalam, yaitu pd kepingan informasi yg melewati kesadaran.
  2. Fungsionalisme, dialektika ni berusaha memahami apa yg dilakukan manusia dan kenapa mereka melakukannya. Dialektika ni meyakini bahwa kunci untk memahami pikiran dan perilaku manusia adlh dgn mempelajari proses-proses bagaimana dan kenapa pikirannnya bekerja. Tokohnya adlh James (1824-1910) serta Dewey (1858-1952).
  3. Assosiasionisme, dialektika ni menguji bagaimana kejadian / ide-ide dpt diasosiasikan satu sama lain di dlm pikiran untk menghsilkan suatu bentuk pembelajaran. Tokohnya adlh Ebbinghaus (1850-1909), Ebbinghaaus mempelajari bagaimana manusia belajar dan mengingat materi melalui latihan berulang-ulang. Latihan berulang-ulang adlh pengulangan/repetisi secara sadar terhadap materi yg dipelajari. Dan repetisi ni dpt memperbaiki asosiasi-asosiasi mental menjadi lebih kuat di dlm memori. Tokoh lainnya adlh Thorndike (1874-1949), pendapatnya tentang hukum efek yaitu kepuasan adlh kunci untk membentuk asosiasi-asosiasi. Sebuah stimulus cenderung menghasilkan respon tertentu di waktu tertentu jika sebuah organisme dihargai lebih oleh respon tersebut.
  4. Behaviorisme, adlh sebuah pandangan teoritis yg berpendapat bahwa psikologi mestinya menyoroti relasi antara perilaku yg bisa diamati di satu sisi, dan peristiwa-peristiwa lingkungan / stimulus yg mempengaruhinya di sisi lain. Tokohnya adlh Pavlov (1849-1936) dgn melakukan eksperimen stimulus respon terhadap anjing (Classical Conditioning), Watson (1878-1958), yg memfokuskan penelitiannya pd perilaku yg bisa diamati. dan Skinner (1904-1990) yg yakin bahwa semua perilaku manusia dpt dijelaskan oleh perilaku mereka ketika bereaksi kepada lingkungan. Adanya pengkondisian operan yg melibatkan penguatan dan hukuman dpt mempengaruhi respon seseorang terhadap stimulus.
  5. Behaviorisme baru, yg berpendapat untk memahami perilaku seseorang, harus terlebih dahulu memahami maksud dan rencana perilaku tersebut. Tokohnya adlh Tolman (1932) yg yakin bahwa semua perilaku diarahkan kepada suatu tujuan. Tokoh lainnya adlh Bandura yg berpandangan bahwa pembelajaran merupakan hasil bukan hanya dari penguatan langsung terhadap perilaku, tetapi jg merupakan pengamatan-pengamatan terhadap penguatan dan penghukuman yg diterima orang lain. Pandangan ni menekankan cara kita mengamati dan memodelkan perilaku kita berdasarkan perilaku orang lain.
  6. Psikologi Gestalt, yg menyatakan bahwa kita bisa memahami fenomena psikologis saat kita memandang fenomena tersebut sebagai sebuah keseluruhan yg terorganisasi dan terstruktur.
  7. Kognitivisme, merupakan keyakinan bahwa kebanyakan perilaku manusia dpt dipahami berdasarkan cara mereka berpikir.

Psikologi kognitif memiliki akar di dlm filsafat dan fisiologi. Keduanya membentuk arus utama dlm psikologi kognitif. Psikologi kognitif jg mendapatkan sumbangan yg besar dari bidang ilmu lain, seperti psikologi biologis. Lashley (1890-1958) yg menganggap otak sebagai pengorgainisasi yg paling aktif dan dinamis bagi perilaku dan berusaha memahami bagaiman pengorganisasian makro otak manusia dpt memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas terencana dan kompleks seperti bermain musik, dan menggunakan bahasa. Tokoh lainnya adalaah Hebb (1949) yg memiliki pandangan mengenai sebuah konsep tentang jajaran sel sebagai dasar bagi pembelajaran di dlm otak. Jajaran sel adlh struktur-struktur netral terkoordinasi yg berkembang karena mendapatkan stimulasi yg cukup sering, dan berkembang sepanjang evolusi manusia sehingga kemampuan sebuah neuron (sel saraf) untk menstimulasi dgn neuron lain yg terhubung dengannya menjadi meningkat. Bidang ilmu lain yg memberikan sumbangan pd psikologi kognitif adaalah linguistic. Chomsky (1959) yg menitikberatkan dasar biologis maupun potensi kreatif bagi kemampuan berbahasa dan penggunaannya. Menurutnya, kemampuan berbahasa bukan didapat berdasarkan penguatan, maupun terbatas pd apa yg pernah kita dengar, melainkan oleh peranti kemahiran berbahasa bawaan yg dimiliki semua manusia.

Teknologi pun memberikaan sumbangan yg besar pd psikologi kognitif. Dengan kecerdasan buatan yaitu upaya maanusia untk mengonstruksikan sistem-sistem yg menampilkan sebuah kecerdasan, / lebih tepatnya pemrosesan informasi secara cerdas. Hal ni dpt memberikan informasi pd kita tentang bagaimana komputer memproses informasi.

Metode dlm Psikologi Kognitif

Para psikolog kognitif menggunakan sejumlah metode ketika mempelajari fenomena kognitif. Metode-metode riset yg digunakan psikolog kognitif dlm mengeksplorasi bagaimana manusia berpikir diantaranya sebagai berikut:
  1. Eksperimen-eksperimen laboratorium terkontrol mengenai perilaku manusia
  2. Riset psikobiologis
  3. Laporan diri (seperti penceritaan verbal, penilaian diri, buku harian)
  4. Studi-studi kasus
  5. Pengamatan naturalistik
  6. Simulasi komputer dan kecerdasan buatan (AI)

Sedangkan tujuan-tujuan riset sendiri meliputi pengumpulan data, analisis data, pengembangan teori, dan perumusan hipotesis.

Tabel Metode Psikologi Kognitif

MetodeEksperimen Laboratorium TerkontrolRiset PsikobiologisLaporan DiriStudi KasusPengamatan NaturalistikSimulasi Komputer Dan Kecerdasan Buatan (Al)
Deskripsi MetodeMendapatkan sampel tentang performa di waktu dan ruang tertentuMempelajari otak hewan dan otak manusia, menggunakan studi-studi postmortem dan beragam pengukuran psikobiologis / teknik-teknik pencitraanMemperoleh laporan partisipan tentang perkembangan kognisinya sendiri / sebagai rekoleksi terhadap perkembangan kognisinyaTerlibat di dlm studi intensif tentang individu tunggal, menarik kesimpulan-kesimpulan umum tentang perilakuMengamati situasi kehidupan nyata secara langsung seperti di ruang kelas, tempat kerja / rumahSimulasi: Berusaha membuat komputer mensimulasikan performa kognitif manusia pd tugas-tugas tertentu. AI: Berusaha membuat komputer mendemonstrasikan performa kognitif kecerdasan, tak perduli apakah prosesnya mirip dgn pemrosesan kognitif manusia / tidak
Keshahihan penyimpulan kausal: penugasan secara acak terhadap subjekTinggiRendahTidak bisa diaplikasikanSangat mustahilTidak bisa diaplikasikanTidak bisa diaplikasikan
Keshahihan penyimpulan kausal: penugasan kontrol eksperimental terhadap variabel bebasTinggiSangat beragam, tergantung teknik tertentu yg digunakanKadang-kadang tak bisa diandlkanSangat mustahilTidakKontrol yg sepenuhnya terhadap variabel yg diteliti
Sample-sampel: UkuranBisa pd ukuran apapunSeringkali kecilKadang-kadang kecilHampir pasti kecil kemungkinannyaKemungkinannya kecilTidak bisa diaplikasikan
Sampel-sampel: RepresentatifBisa menjadi representasiSeringkali tak representatifBisa menjdi representasiTidak bisa menjadi representasiBisa jdi representatifTidak bisa diaplikasikan
Keshahihan EkologisBisa diandalkan, tapi bergantung pd tugas dan konteks tempat metode ni diaplikasikanTidak bisa diandalkan pd beberapa kondisiBisa diandalkan, asalkan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahannyaKeshahihan ekologis sangat tinggi bagi kasus individual, sulit ditarik menjadi karakteristik umum pd kasus individu lainYaTidak bisa diaplikasikan
Informasi tentang perbedaan individualBiasanya tak begitu ditekankanBanyakBanyakBanyak, kaya dgn informasi mendetail tentang individu-individuKemungkinan ada, tapi penekanannya lebih pd keunikan individual, bukan perbedaannyaTidak bisa diaplikasikan
KelebihanRiset, penskoran dan analisis statistic mudah dilakukan, membuatnya relatif mudah untk diterapkan kepada sampel-sampel representatif dari sebuah populasi, probabilitas menarik kesimpulan kausal yg shahih relatif tinggiMenyediakan bukti ‘kuat’ bagi fungsi-fungsi kognitif dgn mengaitkan mereka kepada aktivitas fisiologis, menawarkan pandangan alternatif bagi proses-proses kognitif yg tak bisa disediakan dgn cara lain, bisa mengarah kepada penganalisisan individu dgn kelemahan kognitif yg seriusAkses kepada pengetahuan introspektif dari sudut pandang partisipan, yg bisa saja tak tersedia lewat cara lainAkses terhadap informasi mendetail yg kaya tentang individu tertentu, termasuk informasi tentang konteks histories dan saat ini, yg tak bisa diperoleh oleh cara lain, biasanya mengarah kepada aplikasi spesial kelompok-kelompok individu dgn pengecualian (seperti anak super cerdas, individu dgn kerusakan otak, dll)Akses pd kekayaan informasi kontekstual, tapi tak bisa dicapai lewat penghitungan nilai tengahMengizinkan pengeksplorasian jangkauan luas kemungkinan bagi pemodelan proses kognitif, mengijinkan pengetesan yg jernih untk melihat apakah hipotesis sudah memprediksi secara akurat hasilnya, bisa mengarah kepaada jangkauan luas aplikasi praktis (seperti program roobotik untk melakukan pekerjan yg berbahaya)
KelemahanTidak selalu bisa menggeneralisasikan hasil-hasil yg melampaui tempat, waktu dan tugas tertentu; terdapat perbedaaan antara perilaku hidup nyata dan perilaku di dlm laboratoriumAkses yg terbatas bagi kebanyakan peneliti; mensyaratkan akses kepada subjek yg tepat dan kepada perlengkapan yg bisa jadi sangat mahal dan sulit untk diperoleh sampel-sampel yg kecil jumlahnya; kebanyakan studi didasarkan kepada studi-studi tentang otak-otak yg abnormal / otak hewan sehingga generalisasi temuan bagi populasi normal agak sulit dilakukanKetidakmampuan melaporkan proses yg terjadi di kesadaran yg disadari Penceritaan verbal dan penilaian diri: Data yg dikumpulkaan bisa saja mempengaruhi proses kognitif yg dilaporkan Kemungkinan bagi perbedaan antara kognisi yg sesungguhnya dan proses dan produk kognitif yg diingat-ingat luarBisa diaplikasikan kepada oraang lain; ukuran sample yg kecil dan ketidakrepresentatifan sampel akan membatasi kepastian kita untk menyimpulkan karakterisik populasiControl eksperimental lemah; sangat mungkin terjadi perubahan perilaku alamiah pd partisipan akibat kehadiraan pengamatKeterbatasaan yg disebabkan perangkat keras (program-program yg ditulis oleh para periset); perbedaan-perbedaan antara kecerdasan manusia dan kecerdasan mesin - bahkan di dlm simulasi-simulasi yg melibatkan teknik-teknik pemodelan yg canggih , simulasi-simulasi tersebut bisa saja tak sempurna untk menjadi model bagi cara otak manusiaa berpikir

Kelebihan Psikologi Kognitif
  • Riset, penskoran dan analisis statistic mudah dilakukan, membuatnya relatif mudah untk diterapkan kepada sampel-sampel representatif dari sebuah populasi, probabilitas menarik kesimpulan kausal yg shahih relatif tinggi
  • Menyediakan bukti ‘kuat’ bagi fungsi-fungsi kognitif dgn mengaitkan mereka kepada aktivitas fisiologis, menawarkan pandangan alternatif bagi proses-proses kognitif yg tak bisa disediakan dgn cara lain, bisa mengarah kepada penganalisisan individu dgn kelemahan kognitif yg serius
  • Akses kepada pengetahuan introspektif dari sudut pandang partisipan, yg bisa saja tak tersedia lewat cara lain
  • Akses terhadap informasi mendetail yg kaya tentang individu tertentu, termasuk informasi tentang konteks histories dan saat ini, yg tak bisa diperoleh oleh cara lain, biasanya mengarah kepada aplikasi spesial kelompok-kelompok individu dgn pengecualian (seperti anak super cerdas, individu dgn kerusakan otak, dll)
  • Aakses pd kekayaan informasi kontekstual, tapi tak bisa dicapai lewat penghitungan nilai tengah
  • Mengizinkan pengeksplorasian jangkauan luas kemungkinan bagi pemodelan proses kognitif, mengijinkan pengetesan yg jernih untk melihat apakah hipotesis sudah memprediksi secara akurat hasilnya, bisa mengarah kepaada jangkauan luas aplikasi praktis (seperti program robotik untk melakukan pekerjan yg berbahaya)

Kelemahan Psikologi Kognitif
  • Tidak selalu bisa menggeneralisasikan hasil-hasil yg melampaui tempat, waktu dan tugas tertentu; terdapat perbedaaan antara perilaku hidup nyata dan perilaku di dlm laboratorium
  • Akses yg terbatas bagi kebanyakan peneliti; mensyaratkan akses kepada subjek yg tepat dan kepada perlengkapan yg bisa jadi sangat mahal dan sulit untk diperoleh sampel-sampel yg kecil jumlahnya; kebanyakan studi didasarkan kepada studi-studi tentang otak-otak yg abnormal / otak hewan sehingga generalisasi temuan bagi populasi normal agak sulit dilakukan
  • Ketidakmampuan melaporkan proses yg terjadi di kesadaran yg disadari
  • Penceritaan verbal dan penilaian diri: Data yg dikumpulkaan bisa saja mempengaruhi proses kognitif yg dilaporkan
  • Kemungkinan bagi perbedaan antara kognisi yg sesungguhnya dan proses dan produk kognitif yg diingat-ingat luar
  • Bisa diaplikasikan kepada oraang lain; ukuran sample yg kecil dan ketidakrepresentatifan sampel akan membatasi kepastian kita untk menyimpulkan karakterisik populasi
  • Control eksperimental lemah; sangat mungkin terjadi perubahan perilaku alamiah pd partisipan akibat kehadiraan pengamat
  • Keterbatasaan yg disebabkan perangkat keras (program-program yg ditulis oleh para periset); perbedaan-perbedaan antara kecerdasan manusia dan kecerdasan mesin - bahkan di dlm simulasi-simulasi yg melibatkan teknik-teknik pemodelan yg canggih , simulasi-simulasi tersebut bisa saja tak sempurna untk menjadi model bagi cara otak manusiaa berpikir


Daftar Pustaka
  1. Sternberg, R.J. 2008. Psikologi Kognitif edisi keempat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
  2. Solso, Robert.L., Otto H.Maclin, M. Kimberly Maclin. 2007. Psikologi Kognitif (edisi kedelapan). Jakarta :Erlangga

Sekian artikel tentan Pengertian Psikologi Kognitif dan Sejarah Psikologi Kognitif.

other source : http://ilmupsikologi.com, http://tempo.co, http://liputan6.com

0 Response to "Pengertian Psikologi Kognitif & Sejarah Psikologi Kognitif"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *