kaemfret.blogspot.com - Perhatikanlah ta'rif2 orang2 Mu'tazilah, Jahmiyah, Syi'ah dan selainnya tentang jism dlm tulisan sebelumnya pd bagian kedua Isu tentang tajsim dan mujasimah (2) . Atas hal itu, niscaya kita akan tahu bahwa tidaklah mereka menetapkan suatu pengertian tentang jism melainkan berdasarkan apa yg mereka lihat ada pd makhluk. Dan konsekuensi dari pengertian2 buatan mereka ni adlh bahwa bagi ahlul-bid'ah ini, orang2 yg meyakini kalau Allah dpt dilihat di akhirat adlh mujasimah... Orang2 yg meyakini kalau Allah itu memiliki tangan adlh mujasimah.... Orang2 yg meyakini kalau Allah itu memiliki wajah adlh mujasimah...... Dan sebagainya.
Celakanya, pengertian2 ala ahlul-bid'ah seperti inilah yg kemudian dipegang oleh sebagian orang di zaman sekarang, sehingga tak heran jika kemudian isu tentang tajsim dan mujasimah ni kembali muncul di masa sekarang. Ya, sebagian orang di masa sekarang telah menganggap dan menuduh kalau orang2 yg meyakini Allah itu memiliki tangan, wajah, dan beberapa shifat lainnya, sebagai mujasimah, sedangkan tidaklah anggapan dan tuduhan bathil mereka ni kecuali karena disebabkan mereka memegang ta'rif2 rusak ala Jahmiyah, Mu'tazilah dan sebagainya tentang jism.
Jika suatu saat engkau bertemu dgn orang2 yg seperti ini, katakan padanya : "Apakah kekuasaan, pengetahuan dan hidup itu jism?" Apabila dia menjawab : "Ya, semuanya adlh jism." Maka katakan kepadanya : "Sesungguhnya engkau meyakini kalau Allah itu hidup, memiliki pengetahuan dan memiliki kekuasaan, maka seharusnya itu berarti menurutmu Allah itu adlh jism."Jika dia menjawab : "Ooh bukan, meski Allah itu hidup, memiliki pengetahuan dan memiliki kekuasaan, tapi Allah itu bukanlah jism."
Maka katakan kepadanya : "Maka begitupula Allah itu ada di atas 'Arsy, memiliki tangan, memiliki wajah, memiliki kaki dan shifat2 lainnya tanpa harus berarti bahwa semua itu adlh jism." Allaahul-musta'an.
Selanjutnya.....
Satu hal yg perlu diketahui adlh bahwa baik Syi’ah, Mu’tazilah, Jahmiyah, dan ahlul-bid’ah lainnya dari kalangan pengingkar shifat2 Allah, maka mereka semua sepakat atas satu kalimat yakni bahwa Allah itu bukanlah jism.
Akan tetapi, satu hal yg sangat perlu sekali kita catat dan ingat adlh bahwa ketika mereka berkata bukan jism, maka yg mereka maksud itu adlh jism menurut pengertian mereka sebagaimana sebagiannya telah dikutipkan sebelumnya, dan bukan seperti yg dikenal oleh para ulama2 salaf.
Sehingga, maksud dari perkataan mereka : Bukan jism. sebenarnya tidaklah sama dgn yg dimaksud bukan jism. dari perkataannya seorang ulama Ahlus-Sunnah. Perkataan mereka : "Allah bukan jism.", maka maksudnya sebenarnya adlh bahwa Allah itu tidaklah dpt dilihat, tak ada di atas 'Arsy, tak memiliki tangan, dan sebagainya. Sedangkan jika ada ulama Ahlus-Sunnah yg berkata "Allah bukan jism", maka maksudnya jelas bahwa yg dimaksud adlh Allah itu tidaklah serupa dgn makhluk-Nya.
Perbedaan maksud ni adlh sebagaimana ketika ulama2 Ahlus-Sunnah berbicara tentang tasybih, dan orang2 Jahmiyah serta Mu’tazilah berbicara tasybih, maka sebenarnya yg dimaksud tasybih oleh orang2 Jahmiyah serta Mu’tazilah itu tidaklah sama sebagaimana yg dimaksud oleh ulama2 Ahlus-Sunnah. Sehingga, atas hal ini, jika kita berbicara dgn mereka, dan mereka berkata : Bukan jism., maka tanyakanlah kepadanya : Apa yg anda maksud dgn jism dan bukan jism itu?
Atas semua syubhat inilah, Syaikhul-Islam ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : فيقال لمن سأل بلفظ الجسم : ما تعني بقولك ؟ أتعني بذلك أنه من جنس شيء من المخلوقات ؟ فإن عنيتَ ذلك , فالله قد بيَّنَ في كتابه أنه لا مثل له , ولا كفوَ له , ولا نِدَّ له ؛ وقال : ( أفمن يخلق كمن لا يخلق ) فالقرءان يدل على أن الله لا يماثله شيء , لا في ذاته ولا صفاته ولا أفعاله Maka, dikatakan kepada orang yg bertanya tentang lafazh jism : Apa yg engkau maksud dgn ucapanmu itu? Apakah yg engkau maksud dgn lafazh jism itu adlh bahwa Allah termasuk jenis dari makhluk-Nya (yg jg jism)? Jika ni yg engkau maksud dgn jism, maka Allah telah menjelaskan di dlm kitab-Nya bahwa tidaklah ada yg serupa dengan-Nya, tak ada yg sebanding, dan tak ada yg bersekutu dengan-Nya dlm apapun, dan Dia berfirman : Maka apakah yg menciptakan itu sama dgn yg tak dpt menciptakan? Maka Al-Quran telah menunjukan bahwa Allah itu tak ada yg serupa dengan-Nya sesuatupun, tak pd Dzat-Nya, tak pd shifat-Nya, tak pula pd perbuatan-Nya. (Dar-u Ta’arud al-‘Aql wa An-Naql 5/363. Maktabah Darul-Kunuz al-Adabiyah)
Akan tetapi : إن قلت : إثبات الحياة والعلم والقدرة يقتضي تشبيها أو تجسيما لأنا لا نجد في الشاهد متصفا بالصفات إلا ما هو جسم قيل لك : ولا نجد في الشاهد ما هو مسمى حي عليم قدير إلا ما هو جسم فإن نفيت ما نفيت لكونك لم تجده في الشاهد إلا للجسم فانف الأسماء بل وكل شيء لأنك لا تجده في الشاهد إلا للجسم Jika engkau katakan : Penetapan Hidup Allah, ilmu Allah, kekuasaan Allah melazimkan tasybih / tajsim sebab tidaklah kita dapati pd sesuatu yg kita lihat yg dishifati dgn shifat tersebut kecuali ia adlh jism. Maka dikatakan kepadanya : Tidak pula kita dapati pd sesuatu yg kita lihat apa yg disebut dgn hidup, mengetahui, dan berkuasa kecuali ia adlh jism. Maka jika engkau hendak menafikan shifat yg engkau nafikan berdasarkan apa yg engkau dapati dari apa yg engkau lihat berupa jism, maka nafikanlah pula nama-nama Allah, dan bahkan nafikanlah pula semua shifat Allah sebab tidaklah engkau dapati hal itu ada pd sesuatu yg engkau lihat kecuali itu ada pd jism. (‘Aqidah Tadmuriyah hal. 24)
Jika mereka hendak menafikan sebagian shifat berdasarkan kaidah akal2 mereka yg rusak dgn alasan bahwa shifat2 itu adlh jism, berdasarkan apa yg mereka lihat ada pd makhluk Allah, maka seharusnya dgn kaidah mereka sendiri dan dgn alasan mereka sendiri, maka semua shifat itu harus mereka nafikan dari Allah. Ya, berdasarkan kaidah rusak mereka, maka seharusnya mereka menafikan pula pengetahuan, kekuasaan, dan hidup itu dari Allah.
Dan jika mereka hendak menuduh orang yg menetapkan shifat sebagai mujasimah / mereka anggap penetapan shifat itu melazimkan tajsim, maka seharusnya dgn kaidah mereka sendiri, dan dgn alasan mereka sendiri, maka mereka sendiripun sebenarnya adlh mujasimah / musyabihah, sebab tidaklah mereka sendiri menetapkan suatu shifat melainkan akan mereka temui shifat itu ada pd jism. Na'uudzubillah.
Pada akhirnya.... Ingatlah, dan perhatikanlah ta’rif2 jism yg dibuat-buat oleh ahlul-bid’ah sebagaimana disampaikan di atas, dan Insya Allah, nanti pd bagian selanjutnya kita akan melihat bahwa penetapan shifat2 Allah di sisi Syi’ah, Mu’tazilah, Jahmiyah, dan ahlul-bid’ah lainnya akan mereka anggap sebagai tajsim, dan ahlus-Sunnah di sisi mereka, benar2 dianggap sebagai mujasimah. Dan, insya Allah kita jg melihat bahwa apa yg mereka tetapkan itu hanyalah penetapan yg lemah, rusak dan saling bertentangan disana-sini.
Allaahul-musta'an.
Celakanya, pengertian2 ala ahlul-bid'ah seperti inilah yg kemudian dipegang oleh sebagian orang di zaman sekarang, sehingga tak heran jika kemudian isu tentang tajsim dan mujasimah ni kembali muncul di masa sekarang. Ya, sebagian orang di masa sekarang telah menganggap dan menuduh kalau orang2 yg meyakini Allah itu memiliki tangan, wajah, dan beberapa shifat lainnya, sebagai mujasimah, sedangkan tidaklah anggapan dan tuduhan bathil mereka ni kecuali karena disebabkan mereka memegang ta'rif2 rusak ala Jahmiyah, Mu'tazilah dan sebagainya tentang jism.
Jika suatu saat engkau bertemu dgn orang2 yg seperti ini, katakan padanya : "Apakah kekuasaan, pengetahuan dan hidup itu jism?" Apabila dia menjawab : "Ya, semuanya adlh jism." Maka katakan kepadanya : "Sesungguhnya engkau meyakini kalau Allah itu hidup, memiliki pengetahuan dan memiliki kekuasaan, maka seharusnya itu berarti menurutmu Allah itu adlh jism."Jika dia menjawab : "Ooh bukan, meski Allah itu hidup, memiliki pengetahuan dan memiliki kekuasaan, tapi Allah itu bukanlah jism."
Maka katakan kepadanya : "Maka begitupula Allah itu ada di atas 'Arsy, memiliki tangan, memiliki wajah, memiliki kaki dan shifat2 lainnya tanpa harus berarti bahwa semua itu adlh jism." Allaahul-musta'an.
Selanjutnya.....
Satu hal yg perlu diketahui adlh bahwa baik Syi’ah, Mu’tazilah, Jahmiyah, dan ahlul-bid’ah lainnya dari kalangan pengingkar shifat2 Allah, maka mereka semua sepakat atas satu kalimat yakni bahwa Allah itu bukanlah jism.
Akan tetapi, satu hal yg sangat perlu sekali kita catat dan ingat adlh bahwa ketika mereka berkata bukan jism, maka yg mereka maksud itu adlh jism menurut pengertian mereka sebagaimana sebagiannya telah dikutipkan sebelumnya, dan bukan seperti yg dikenal oleh para ulama2 salaf.
Sehingga, maksud dari perkataan mereka : Bukan jism. sebenarnya tidaklah sama dgn yg dimaksud bukan jism. dari perkataannya seorang ulama Ahlus-Sunnah. Perkataan mereka : "Allah bukan jism.", maka maksudnya sebenarnya adlh bahwa Allah itu tidaklah dpt dilihat, tak ada di atas 'Arsy, tak memiliki tangan, dan sebagainya. Sedangkan jika ada ulama Ahlus-Sunnah yg berkata "Allah bukan jism", maka maksudnya jelas bahwa yg dimaksud adlh Allah itu tidaklah serupa dgn makhluk-Nya.
Perbedaan maksud ni adlh sebagaimana ketika ulama2 Ahlus-Sunnah berbicara tentang tasybih, dan orang2 Jahmiyah serta Mu’tazilah berbicara tasybih, maka sebenarnya yg dimaksud tasybih oleh orang2 Jahmiyah serta Mu’tazilah itu tidaklah sama sebagaimana yg dimaksud oleh ulama2 Ahlus-Sunnah. Sehingga, atas hal ini, jika kita berbicara dgn mereka, dan mereka berkata : Bukan jism., maka tanyakanlah kepadanya : Apa yg anda maksud dgn jism dan bukan jism itu?
Atas semua syubhat inilah, Syaikhul-Islam ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : فيقال لمن سأل بلفظ الجسم : ما تعني بقولك ؟ أتعني بذلك أنه من جنس شيء من المخلوقات ؟ فإن عنيتَ ذلك , فالله قد بيَّنَ في كتابه أنه لا مثل له , ولا كفوَ له , ولا نِدَّ له ؛ وقال : ( أفمن يخلق كمن لا يخلق ) فالقرءان يدل على أن الله لا يماثله شيء , لا في ذاته ولا صفاته ولا أفعاله Maka, dikatakan kepada orang yg bertanya tentang lafazh jism : Apa yg engkau maksud dgn ucapanmu itu? Apakah yg engkau maksud dgn lafazh jism itu adlh bahwa Allah termasuk jenis dari makhluk-Nya (yg jg jism)? Jika ni yg engkau maksud dgn jism, maka Allah telah menjelaskan di dlm kitab-Nya bahwa tidaklah ada yg serupa dengan-Nya, tak ada yg sebanding, dan tak ada yg bersekutu dengan-Nya dlm apapun, dan Dia berfirman : Maka apakah yg menciptakan itu sama dgn yg tak dpt menciptakan? Maka Al-Quran telah menunjukan bahwa Allah itu tak ada yg serupa dengan-Nya sesuatupun, tak pd Dzat-Nya, tak pd shifat-Nya, tak pula pd perbuatan-Nya. (Dar-u Ta’arud al-‘Aql wa An-Naql 5/363. Maktabah Darul-Kunuz al-Adabiyah)
Akan tetapi : إن قلت : إثبات الحياة والعلم والقدرة يقتضي تشبيها أو تجسيما لأنا لا نجد في الشاهد متصفا بالصفات إلا ما هو جسم قيل لك : ولا نجد في الشاهد ما هو مسمى حي عليم قدير إلا ما هو جسم فإن نفيت ما نفيت لكونك لم تجده في الشاهد إلا للجسم فانف الأسماء بل وكل شيء لأنك لا تجده في الشاهد إلا للجسم Jika engkau katakan : Penetapan Hidup Allah, ilmu Allah, kekuasaan Allah melazimkan tasybih / tajsim sebab tidaklah kita dapati pd sesuatu yg kita lihat yg dishifati dgn shifat tersebut kecuali ia adlh jism. Maka dikatakan kepadanya : Tidak pula kita dapati pd sesuatu yg kita lihat apa yg disebut dgn hidup, mengetahui, dan berkuasa kecuali ia adlh jism. Maka jika engkau hendak menafikan shifat yg engkau nafikan berdasarkan apa yg engkau dapati dari apa yg engkau lihat berupa jism, maka nafikanlah pula nama-nama Allah, dan bahkan nafikanlah pula semua shifat Allah sebab tidaklah engkau dapati hal itu ada pd sesuatu yg engkau lihat kecuali itu ada pd jism. (‘Aqidah Tadmuriyah hal. 24)
Jika mereka hendak menafikan sebagian shifat berdasarkan kaidah akal2 mereka yg rusak dgn alasan bahwa shifat2 itu adlh jism, berdasarkan apa yg mereka lihat ada pd makhluk Allah, maka seharusnya dgn kaidah mereka sendiri dan dgn alasan mereka sendiri, maka semua shifat itu harus mereka nafikan dari Allah. Ya, berdasarkan kaidah rusak mereka, maka seharusnya mereka menafikan pula pengetahuan, kekuasaan, dan hidup itu dari Allah.
Dan jika mereka hendak menuduh orang yg menetapkan shifat sebagai mujasimah / mereka anggap penetapan shifat itu melazimkan tajsim, maka seharusnya dgn kaidah mereka sendiri, dan dgn alasan mereka sendiri, maka mereka sendiripun sebenarnya adlh mujasimah / musyabihah, sebab tidaklah mereka sendiri menetapkan suatu shifat melainkan akan mereka temui shifat itu ada pd jism. Na'uudzubillah.
Pada akhirnya.... Ingatlah, dan perhatikanlah ta’rif2 jism yg dibuat-buat oleh ahlul-bid’ah sebagaimana disampaikan di atas, dan Insya Allah, nanti pd bagian selanjutnya kita akan melihat bahwa penetapan shifat2 Allah di sisi Syi’ah, Mu’tazilah, Jahmiyah, dan ahlul-bid’ah lainnya akan mereka anggap sebagai tajsim, dan ahlus-Sunnah di sisi mereka, benar2 dianggap sebagai mujasimah. Dan, insya Allah kita jg melihat bahwa apa yg mereka tetapkan itu hanyalah penetapan yg lemah, rusak dan saling bertentangan disana-sini.
Allaahul-musta'an.
other source : http://al-muzaniy.blogspot.com, http://wikipedia.org, http://pinterest.com
0 Response to "Isu tentang tajsim & mujasimah (3)"
Posting Komentar