This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Haji] Wawancara Dengan Imam Masjid Yang Dibakar Di Tolikara

kaemfret.blogspot.com - Wawancara Dengan Imam Masjid Yang Dibakar Di Tolikara - RABU (22/07/2015) ni adlh hari kelima bagi Ustad H. Ali Muktar (38) dan warga Muslim, Karubaga Kabupaten Tolikara bertahan di pengungsian. Aksi serangan kelompok perusuh saat hari Raya Idul Fitri, Jumat (17/07/2015) lalu, masih menyisahkan luka mendalam bagi korban.

Ali Muktar, adlh salah satu imam Masjid Baitul Muttaqien Tolikara, sekaligus salah saksi dlm aksi penyerangan kelompok perusuh yg berakibat pembakaran kios dan masjid. Di bawah ni kutipannya:

Wawancara Dengan Imam Masjid Yang Dibakar Di Tolikara

Apa kabar Pak Ali?

Alhamdulillah, baik pak

Sudah dpt bantuan darimana saja?

Bantuan masih datang dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH), berupa makanan, mie instan dan kebutuhan pokok. Itu sudah kami bagi di tiga titik; dua di perumahan dekat Koramil, satunya di Tenda PMI, di mana sebagian pengungsi ada di situ. Ada jg bantuan beras dari bapak bupati. Kemarin ada jg bantuan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Mensos.

Apalagi yg dibutuhkan?

Pertama, ya, masih tetap Sembilan bahan pokok (Sembako, red). Termasuk air minum, gula dan kopi Kedua, jg bantuan kebutuhan ibadah; mukena, sarung dll. Sementara itu dulu. Kemarin datang jg warga daerah menangis, mereka mengatakan, yg korban nyawa belum ada perhatian. Ya akhirnya kami beri mie instan saja, karena itu yg kami miliki.
Memang ada berapa korban serangan perusuh?

Untuk warga Muslim di Tolikara ni ada sekitar 65 KK, mencapai sekitar 400-an warga. Sedang yg ikut menjadi korban luka-luka ada sekitar 12 orang, meninggal 1 orang.

Apakah ada bantuan lain?

Sebenarnya sudah banyak yg menghubungi. Termasuk dari ormas dan lembaga-lembaga Islam. Tapi saya usulkan, sebaiknya disimpan dahulu, sabar. Sebab, sebenarnya ada jg dana pemerintah untk umat Islam di APBD.

Sebab, apa pak? Di sini bukan di Jawa / Sumatera. Kami mengantisipasi kemungkinan di belakang hari jika terjadi apa-apa. Takutnya ada sesuatu, pak. Kita ingin semua tenang dan aman dahulu.

Kita berharap memulihkan keadaan, termasuk yg sudah banyak kehilangan harta-benda. Setidaknya, yg hilang harta bendanya bisa pulih dan dpt bekerja kembali sebagaimana biasa, biasa membangun kiosnya kembali dan hidup mandiri.

Sejauh ini, apa perkembangan baru yg terjadi?

Kemarin (hari Rabu, 22/07/2015), terjadi pertemuan dan konferensi pers dgn pihak tokoh-tokoh gereja. Hadir Pemimpin Umat Gereja Injil di Indonesia (GIDI) yg dipimpin Ketua Klasis Toli, Pendeta Yunus Wenda dan saya mewakili Muslim. Itu tokoh-tokoh penting dan berpengaruh semua di sini.

Dalam pertemuan itu sempat saya tanya kembali, apa boleh mendirikan tempat ibadah / tidak?

Hasilnya?

Ya para tokoh gereja ni mengakatan, harus rapat dulu, harus mengadakan pertemuan antar mereka dahulu jika ada pendirian masjid. Sebab, di sini lain dgn Jawa, mendengar nama masjid saja sudah khawatir.

Sebenarnya yg dibakar itu musholla / masjid?

Jadi begini bapak, sejarahnya terjadi ketika tahun 1987 (sekitar 28 tahun lalu red), ketika itu kami mengajukan izin kepada tokoh-tokoh agama di sini untk membangun tempat ibadah.

Tahun 1988, saya disidang di depan tokoh-tokoh gereja. Mereka mengatakan yg boleh dibangun mushollah, bukan masjid. Tidak tahu mengapa di sini khawatir jika ada pendirian masjid. Sementara kami kaum Muslim kan harus shalat Jumat. Jadi izin saya kala itu, disebut mushollah tak masalah asal dibolehkan dan bisa melaksanakan shalat Jumat.

Kaum Muslim tak meributkan nama, yg penting kita bisa beribadah dan melaksanakan shalat Jumat. Itu yg terpenting.

Sebab apa pak, di sini memang mendirikan rumah ibadah dilarang kecuali Gereja Injili Di Indonesia (GIDI). Tidak hanya Islam, bahkan semua denominasi Kristen kecuali GIDI dilarang.

Dan Alhamdulillah, kita semua bersyukur izin beribadah bisa keluar. Asal shalat Jumat bisa dilaksanakan dan kaum Muslim bisa shalat berjamaah. Terserah jika itu dikatakan mushollah.

Apa saja kegiatan Masjid Baitul Muttaqien sebelum dibakar?

Ya banyak. Yang jelas, shalat jamaah tiap hari, pengajian rutin, peringatan hari besar Islam, peringatan Maulid Nabi, pengajian umum hingga pembinaan anak-anak Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ).

Bulan Ramadahan ini, kami mendatangkan penceramah dari Jawa. Di sini ada kesepakatan, tiap Ramadhan mendatangkan penceramah secara bergantian dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun lalu dari Sulawesi.

Selain itu kegiatan kegamaannya apa lagi?

Alhamdulillah, kita ada majelis ta’lim ibu-ibu yg digabung dgn ibu-ibu Bhayangkari (organisasi persatuan istri anggota Polri). Selain itu ada tahlil di rumah-rumah tiap hari Jumat dan tiap bulan sekali di masjid.

Memang kalau Subuh kebiasaan di sini pakai qunut / tidak?

Saya biasa pakai. Tapi di sini ukhuwah tinggi pak. Karena kami mungkin pendatang dan kaum Muslim datang dari berbagai kalangan. Jadi kami tak pernah mempersoalkan qunut / tidak. Sebagai imam saya biasa pakai qunut, tetapi banyak jg makmum tak ikut, ya tak masalah.

Bapak sendiri latar belakang pendidikannya apa?

Saya tak memiliki latar belakangan nyantri. Hanya mustami’in biasa. Keluarga saya Nahdhatul Ulama (NU), ibu saya Musyawaroh (asli Lumajang) sedang bapak Hendri J Karaeng (asli Makassar). Ayah bekerja di Tanjung Perak, tetapi saya banyak dibesarkan di desa Pusrwosono,Kecamatan Sumber Suko, Lumajang. Sejak kecil saya terbiasa diajak orangtua berkunjung ke pesantren. Itu saja yg menjadi bekal saya.

Apa harapan Pak Ali selanjutnya?

Saya harapkan semua segera selesai dan umat Islam bisa melaksanakan hak ibadah serta bekerja kembali. Saya jg menyampaikan terima kasih ada Baitul Maal Hidayatullah (BMH), yg sejak hari ketiga pasca serangan bisa menemani kami (Muslim Tolikara, red) di sini. Saya harap umat Islam lain jg ikut memikirkan.

Sumber: http://hidayatullah.com/berita/wawancara/read/2015/07/23/74456/74456.html

0 Response to "[Haji] Wawancara Dengan Imam Masjid Yang Dibakar Di Tolikara"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *