Berhentinya kompetisi sepak bola di Tanah Air membuat para pemain bola harus putar otak untk bertahan hidup. Salah satunya adlh bekas pemain di Pusamania Borneo FC dan Persija, Galih Sudaryono. Pria yg biasanya bertugas untk menjaga gawang itu kini beralih profesi sebagai “masinis kereta”.
Tentu saja dia bukan masinis betulan. Selama beberapa bulan terakhir, Galih bekerja sebagai operator kereta mini, sebuah mainan anak sejenis odong-odong. Dia membuka lapak dari bazar ke bazar yg sering digelar oleh karang taruna di desanya.
Pada Senin malam, 27 Juli 2015, misalnya, Galih membuka lapak di sebuah bazar yg ada di Desa Ngringo, Palur, Karanganyar. Kebetulan bazar itu digelar tak jauh dari rumahnya. Dengan seperangkat kereta mini yg digerakkan tenaga listrik, dia harus menggaet anak-anak untk bermain, bersaing dgn aneka wahana permainan lain.
Bazar di tempat itu hanya berlangsung hingga sepekan mendatang. Selanjutnya, Galih harus mencari informasi mengenai desa lain yg kemungkinan akan menggelar bazar.
Tentunya, penghasilan dari bekerja sebagai operator kereta mini itu tak sebesar gajinya sebagai pemain bola kelas profesional. "Tarif naik kereta mini ni hanya Rp 5.000 per anak," katanya seperti dikutip dari tempo. Apalagi dia harus membagi uang yg diperoleh dgn pemilik mainan tersebut.
Galih menceritakan bahwa pekerjaan baru itu diperoleh dari seorang kawan dekat. "Dia merasa prihatin dgn berhentinya kompetisi sepak bola," ujarnya. Padahal kawannya itu tahu bahwa Galih dan keluarganya hanya mengandalkan penghasilan dari bermain sepak bola untk menopang hidup.
Alhasil, kawannya yg merupakan pengusaha mainan anak itu meminjamkan seperangkat kereta mini untuknya. "Terserah saya mau setor berapa, dia tak menentukan," tuturnya. Pertolongan kawan baik itu membuat dapurnya bisa kembali berasap.
"Saya tak pernah malu melakoni pekerjaan ini," ucapnya. Apalagi penghasilan dari permainan itu jg sudah mampu untk diandalkan mencukupi kebutuhan keluarganya. "Sembari mengisi waktu dlm menunggu kompetisi dimulai lagi," kata pria yg pernah menjadi kiper Persija tersebut.
Di tengah aktivitas barunya itu, Galih tetap harus berlatih fisik agar kemampuannya bermain bola tak menurun. "Pagi hari selalu latihan lari," ujarnya. Sesekali, dia ikut bermain bola dgn sebuah klub sepak bola kampus yg berada tak jauh dari rumahnya.
0 Response to "[Unik dan Aneh] Tak Ada Kompetisi Usai PSSI Beku, Mantan Kiper Persija ini jadi Tukang Kereta Mainan Anak 'Odong-odong'"
Posting Komentar