This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

MAKALAH TENTANG JUAL-BELI DALAM DUNIA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Atas dasar pemenuhan kebutuhan sehari -hari, maka terjadilah suatu kegiatan yg di namakan jual beli. Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dgn sesuatu, sedang menurut syara’ artinya menukar harta dgn harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad). Sedangkan riba yaitu memiliki sejarah yg sangat panjang dan prakteknya sudah dimulai semenjak banga Yahudi sampai masa Jahiliyah sebelum Islam dan awal-awal masa ke-Islaman. Padahal semua agama Samawi mengharamkan riba karena tak ada kemaslahatan sedikitpun dlm kehidupan bermasyarakat. Allah SWT berfirman: فَبِظُÙ„ْÙ…ٍ Ù…ِّÙ†َ الَّØ°ِينَ Ù‡َادُواْ Ø­َرَّÙ…ْÙ†َا عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ Ø·َÙŠِّبَاتٍ Ø£ُØ­ِÙ„َّتْ Ù„َÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَبِصَدِّÙ‡ِÙ…ْ عَÙ† سَبِيلِ اللّÙ‡ِ ÙƒَØ«ِيرًا ÙˆَØ£َØ®ْØ°ِÙ‡ِÙ…ُ الرِّبَا ÙˆَÙ‚َدْ Ù†ُÙ‡ُواْ عَÙ†ْÙ‡ُ ÙˆَØ£َÙƒْÙ„ِÙ‡ِÙ…ْ Ø£َÙ…ْÙˆَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِÙ„ِ ÙˆَØ£َعْتَدْÙ†َا Ù„ِÙ„ْÙƒَافِرِينَ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…ْ عَØ°َابًا Ø£َÙ„ِيمًاMaka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yg baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dgn jalan yg batil. Kami telah menyediakan untk orang-orang yg kafir di antara mereka itu siksa yg pedih. (QS an-Nisaa’ 160-161) الَّØ°ِينَ ÙŠَØ£ْÙƒُÙ„ُونَ الرِّبَا لاَ ÙŠَÙ‚ُومُونَ Ø¥ِلاَّ ÙƒَÙ…َا ÙŠَÙ‚ُومُ الَّØ°ِÙŠ ÙŠَتَØ®َبَّØ·ُÙ‡ُ الشَّÙŠْØ·َانُ Ù…ِÙ†َ الْÙ…َسِّ Ø°َÙ„ِÙƒَ بِØ£َÙ†َّÙ‡ُÙ…ْ Ù‚َالُواْ Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْبَÙŠْعُ Ù…ِØ«ْÙ„ُ الرِّبَا ÙˆَØ£َØ­َÙ„َّ اللّÙ‡ُ الْبَÙŠْعَ ÙˆَØ­َرَّÙ…َ الرِّبَاOrang-orang yg makan (mengambil) riba tak dpt berdiri melainkan seperti berdirinya orang yg kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yg demikian itu, adlh disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dgn riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah : 275)B. Rumus Masalah a. Pengertian jual beli dan riba b. Landasan hukum jual beli dan riba c. Hukum jual beli dan riba d. Macam-macam jual beli dan riba
BAB II
JUAL BELI DAN RIBA
1. JUAL BELIA. Pengertian Jual Beli Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dgn sesuatu, sedang menurut syara’ artinya menukar harta dgn harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad)[1]. Jual beli secara lughawi adlh saling menukar. Jual beli dlm bahasa Arab dikenal dgn istilah al-bay’. Secara terminology jual beli adlh suatu transaksi yg dilakukan oleh pihak penjual dgn pihak pembeli terhadap sesuatu barang dgn harga yg disepakatinya. Menurut syari’at islam jual beli adlh pertukaran harta atas dasar saling merelakan / memindahkan hak milik dgn ganti yg dpt dibenarkan. Jual-beli / bay’u adlh suatu kegiatan tukar-menukar barang dgn barang yg lain dgn cara tertentu baik dilakukan dgn menggunakan akad maupun tak menggunakan akad[2]. Intinya, antara penjual dan pembeli telah mengetahui masing-masing bahwa transaksi jual-beli telah berlangsung dgn sempurna.B. Landasan Hukum Jual Beli Landasan Syara’: Jual beli di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Yakni:[3] a. Berdasarkan Al-Qur’an diantaranya: ÙˆَØ­َرَّÙ…َ ÙˆَØ­َرَّÙ…َ الْبَÙŠْعَ اللَّÙ‡ُ ÙˆَØ£َØ­َÙ„َّ Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al- Baqarah : 275) Ù‚ِÙŠَامًا Ù„َÙƒُÙ…ْ اللَّÙ‡ُ جَعَÙ„َ الَّتِÙŠ Ø£َÙ…ْÙˆَالَÙƒُÙ…ُ السُّفَÙ‡َاءَ تُؤْتُوا Ùˆَلا Artinya: “ dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yg bodoh dan harta itu dijadikan Allah untukmu sebagai pokok penghidupan”. (An-Nisa:5).
تَÙ‚ْتُÙ„ُوا Ùˆَلا Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ تَرَاضٍ عَÙ†ْ تِجَارَØ©ً تَÙƒُونَ Ø£َÙ†ْ Ø¥ِلا بِالْبَاطِÙ„ِ بَÙŠْÙ†َÙƒُÙ…ْ Ø£َÙ…ْÙˆَالَÙƒُÙ…ْ تَØ£ْÙƒُÙ„ُوا لا آمَÙ†ُوا الَّØ°ِينَ Ø£َÙŠُّÙ‡َا ÙŠَا
رَØ­ِيمًا بِÙƒُÙ…ْ Ùƒَانَ Ø¥ِÙ†َّ إأَÙ†ْفُسَÙƒُÙ…ْ
Artinya: “Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dgn jalan yg batil, kecuali dgn jalan perniagaan yg berlaku dgn suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adlh Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa: 29).
b. Berdasarkan Sunnah Rasulullah Saw. Bersabda: “dari Rifa’ah bin Rafi’ ra.: bahwasannya Nabi Saw. Ditanya: pencarian apakah yangpaling baik? Beliau menjawab:“Ialah orang yg bekerja dgn tangannya dan tiap-tiap jual beli yg bersih”. (H.R Al-Bazzar dan disahkan Hakim). Rasulullah Saw, bersabda:“sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka (saling meridhoi) (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah). c. Bardasarkan Ijma’ Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dgn alasan bahwa manusia tak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Tapi demikian, bantuan / harta milik orang lain yg dibutuhkannya itu, harus diganti dgn barang lainnya yg sesuai.


C. Rukun dan Pelaksanaan Jual Beli Dalam menetapkan rukun jual-beli, diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun jual-beli adlh ijab dan qabul yg menunjukkanpertukaran barang secara rida, baik dgn ucapan maupun perbuatan. Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu:[4] a. Bai’ (penjual) b. Mustari (pembeli) c. Shighat (ijab dan qabul) d. Ma’qud ‘alaih (benda / barang).
D. Syarat Jual-beli Transaksi jual-beli baru dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat jual-beli, yaitu[5]: a. Adanya dua pihak yg melakukan transaksi jual-beli b. Adanya sesuatu / barang yg dipindahtangankan dari penjual kepada pembeli c. Adanya kalimat yg menyatakan terjadinya transaksi jual-beli (sighat ijab qabul).
Syarat yg harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah: a. Agar tak terjai penipuan, maka keduanya harus berakal sehat dan dpt membedakan (memilih). b. Dengan kehendaknya sendiri, keduanya saling merelakan, bukan karena terpaksa. c. Dewasa / baligh.
Syarat benda dan uang yg diperjual belikan sebagai berikut: a. Bersih / suci barangnya Tidak syah menjual barang yg najis seperti anjing, babi, khomar dan lain-lain yg najis. b. Ada manfaatnya: jual beli yg ada manfaatnya sah, sedangkan yg tak ada manfaatnya tak sah, seperti jual beli lalat, nyamuk, dan sebagainya. c. Dapat dikuasai: tak sah menjual barang yg sedang lari, misalnya jual beli kuda yg sedang lari yg belum diketahui kapan dpt ditangkap lagi, / barang yg sudah hilang / barang yg sulit mendapatkannya. d. Milik sendiri: tak sah menjual barang orang lain dgn tak seizinnya, / barang yg hanya baru akan dimilikinya / baru akan menjadi miliknya. e. Mestilah diketahui kadar barang / benda dan harga itu, begitu jg jenis dan sifatnya. Jual beli benda yg disebutkan sifatnya saja dlm janji (tanggungan), maka hukumnya boleh.
E. Hukum Jual Beli Secara asalnya, jua-beli itu merupakan hal yg hukumnya mubah / dibolehkan. Sebagaimana ungkapan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah : dasarnya hukum jual-beli itu seluruhnya adlh mubah, yaitu apabila dgn keridhaan dari kedua-belah pihak. Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh Rasulullah SAW. Atau yg maknanya termasuk yg dilarang beliau SAW.[6]F. Macam - macam Jual Beli Merut para jumhur ulama jual beli dpt ditinjau dari beberapa segi, di lihat dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam yaitu : 1) Jual beli yg sah,adalah jual beli yg telah memenuhi ketentuan syara’, baik rukun maupun syaratnya, syarat jual beli antara lain : 1. Barangnya suci 2. Bermanfaat 3. Milik penjual (dikuasainya ) 4. Bisa di serahkan 5. Di ketahui keadaannya 2) Jual beli yg batal, adlh jual beli yg tak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak (fasid). Dengan kata lain, menurut jumhur ulama, rusak dan batal memiliki arti yg sama. Adapun ulama hanafiyah membagi hukum dan sifat jual beli menjadi sah, batal, dan rusak. 3) Jual beli yg di larang dlm islam Jual beli yg dilarang dlm islam sangatlah banyak menurut jumhur ulama. Berkenaan dgn jual beli yg di larang dlm islam, Wahbah Al-Juhalili meringkasnya sebagai berikut : 1. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad ) Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sahih apabila dilakukan oleh orang yg baligh, berakal, dan dpt memilih, dan mampu ber-tasharruf secara bebas dan baik. Mereka yg di pandang tak sah jual belinya adlh berikut ni : a. Jual beli orang gila Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli orang gila tak sah. Begitu pula sejenisnya, seperti orang mabuk, sakalor, dan lain-lain. b. Jual beli anak kecil Menurut ulama fiqih jual beli anak kecil di pandang tak sah, kecuali dlm perkara - perkara yg ringan / sepele. Menurut ulama Syafi’iyah, jual beli anak mimayyiz yg belum baligh, tak sah sebab tak ada ahliyah. Adapun menurut ulama Malikiyyah, Hanafiyyah, dan Hanabilah, jual beli anak-anak kecil dianggap sah jika diizinkan walinya. Mereka antara lain beralasan, salah satu cara untk melatih kedewasaan adlh dgn cara memberikan keleluasaan untk jual beli, jg pengamalan atas firman Allah, yg artinya:

“ dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untk kawin. Kemudian jika menurut pendapat mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. (Q.S. An-Nisa’ :6) c. Jual beli orang buta Jual beli orang buta di kategorikan sahih munurut jumhur ulama jika barang yg dibelinya diberi sifat ( diterangkan sifat-sifatnya ). Menurut Safi’iyah, jual beli orang buta tak sah sebab ia tak dpt membedakan barang yg jelek dan yg baik. d. Jual beli terpaksa Menurut ulama Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli ni tak sah , sebab tak ada keridaan ketika akad. e. Jual beli fudhul Adalah jual beli milik orang tanpa seizinnya. Munurut Hanafiyah dan Malikiyah, jual beli di tangguhkan sampai ada izin pemilik. Menurut Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli fudhul tak sah. f. Jual beli orang yg terhalang Maksudnya adlh terhalang karena kebodohan, bangkrut ataupun sakit. 2. Terlarang Sebab Ma’qud Alaih ( barang jualan ) Secara umum, ma’qud alaih adlh harta yg di jadikan alat pertukaran olah orang yg akad, yg biasa di sebut mabi’ (barang jualan) dan harga. a. Jual-beli benda yg tak ada / di khawatirkan tak ada b. Jual-beli barang yg tak dpt di serahkan c. Jual-beli gharar ataui di sebut jg dgn jual beli yg tak jelas (majhul) d. Jual-beli barang yg najis dan yg terkena najis. e. Jual-beli barang yg tak ada ditempat akad (ghaib), tak dpt dilihat.
3. Terlarang sebab syara’ a. Jual-beli riba b. Jual-beli barang yg najis Barang yg diperjual belikan harus suci dan bermanfaat untk manusia. Tidak boleh (haram) berjual beli barang yg najis / tak bermanfaat seperti: arak, bangkai, babi, anjing, berhala, dan lain-lain. Nabi saw. Bersabda ; اِÙ†ّ ا للهَ تعالى Ø­َرَّÙ… بَÙŠْعَ اْلخَÙ…ْرِ ÙˆَالْÙ…َÙŠْتَØ©ِ ÙˆَالْØ®ِÙ†ْزِÙŠْرِ ÙˆَالأَصْÙ†َامِ . (رواه الشيغان)[7] Artinya : “ Nabi bersabda : Allah ta’ala melarang jual beli arak, bangkai, babi, anjing, dan berhala.”(bukhari dan muslim) c. Jual-beli dgn uang dari barang yg diharamkan d. Jual-beli barang dari hasil pencegatan barang e. Jual-beli waktu ibadah sholat jum’at, berdasarkan Q.S. Al Jumu’ah ayat 9, yaitu:Artinya :Hai orang-orang beriman, apabila diseru untk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. yg demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. f. Jual-beli anggur untk dijadikan khamar g. Jual-beli induk tanpa anaknya yg masih kecil h. Jual-beli barang yg sedang dibeli oleh orang lain i. Jual-beli memakai syarat.
2. RIBAA. Pengertian Riba Menurut etimologi, riba berarti “ Azziyadah”(tambahan), seperti arti kata riba pd surah Al-haj ayat 5, yg artinya : “ kemudian Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah. Riba secara bahasa adlh sesuatu yg bertambah dari pokoknya, sedangkan menurut syara’ adlh akad yg terjadi dgn penukaran tertentu baik bentuk barang sejenis maupun uang yg berlebih ketika pengembaliannya sesuai dgn jatuh temponya. [8]Riba menurut bahasa artinya lebih / bertambah. Dan dimaksud disini menurut syara’: “akad yg terjadi dlm penukaran barang-barang yg tertentu, tak diketahui sama / tidaknya menurut aturan syara’, / terlambat menerimanya.B. Landasan hukum 1. Berdasar kan Al-Qur’an a. Sebagaimana yg terdapat dlm surah Ali Imran ayat 30, yg artinya:“Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu memakan riba dgn berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.Firman Allah : .ÙˆَØ­َرَّÙ…َ ÙˆَØ­َرَّÙ…َ الْبَÙŠْعَ اللَّÙ‡ُ ÙˆَØ£َØ­َÙ„َّ Artinya: “ padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al-Baqarah :275)



b. Dan dlm surah Al- Baqarah: 278-279 yg artinya:“Hai orang-orang yg beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yg beriman. Maka jika kamu tak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tak menganiaya dan tak pula dianiaya”. 2. Hadist Sabda Nabi SAW. Yang artinya: dari Jabir, “Rasulullah Saw. Telah melaknat / mengutuk orang yg makan riba, wakilnya, penulisnya, dan dua saksinya”. (Riwayat Muslim).C. Hukum Riba Riba hukumnya haram, berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi Saw yg telah disebutkan diatas.Beberapa pendapat lain mengenai hukum riba, antara lain yaitu ;[9] 1. Riba adlh bagian dari 7 dosa besar yg telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana hadits berikut ni : عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ عَÙ†ْ النَّبِÙŠِّ صلى الله عليه وسلم Ù‚َالَ : اجْتَÙ†ِبُوا السَّبْعَ الْÙ…ُوبِÙ‚َاتِ Ù‚َالُوا : ÙˆَÙ…َا Ù‡ُÙ†َّ ÙŠَا رَسُولَ اللَّÙ‡ِ ؟ Ù‚َالَ : الشِّرْÙƒُ بِاَللَّÙ‡ِ ÙˆَالسِّØ­ْرُ ÙˆَÙ‚َتْÙ„ُ النَّفْسِ الَّتِÙŠ Ø­َرَّÙ…َ اللَّÙ‡ُ إلَّا بِالْØ­َÙ‚ِّ ÙˆَØ£َÙƒْÙ„ُ الرِّبَا ÙˆَØ£َÙƒْÙ„ُ Ù…َالِ الْÙŠَتِيمِ ÙˆَالتَّÙˆَÙ„ِّÙŠ ÙŠَÙˆْÙ…َ الزَّØ­ْفِ ÙˆَÙ‚َØ°ْفُ الْÙ…ُØ­ْصَÙ†َاتِ الْغَافِلاتِ الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†َاتِ . Ù…ُتَّفَÙ‚ٌ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِDari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Jauhilah oleh kalian tujuh hal yg mencelakakan". Para shahabat bertanya,"Apa saja ya Rasulallah?". "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh nyawa yg diharamkan Allah kecuali dgn hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh zina.(HR. Muttafaq alaihi).
2. Tidak ada dosa yg lebih sadis diperingatkan Allah SWT di dlm Al-Quran, kecuali dosa memakan harta riba. Bahkan sampai Allah SWT mengumumkan perang kepada pelakunya.Hal ni menunjukkan bahwa dosa riba itu sangat besar dan berat. ÙŠَا Ø£َÙŠّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا اتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡ ÙˆَØ°َرُوامَا بَÙ‚ِÙŠَ Ù…ِÙ†ْ الرِّبَا إنْ ÙƒُÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ِينَ فَØ¥ِÙ†ْ Ù„َÙ…ْ تَفْعَÙ„ُوا فَØ£ْØ°َÙ†ُوا بِØ­َرْبٍ Ù…ِÙ†َ اللَّÙ‡ِ ÙˆَرَسُولِÙ‡ِ ÙˆَØ¥ِÙ†ْ تُبْتُÙ…ْ فَÙ„َÙƒُÙ…ْ رُØ¡ُوسُ Ø£َÙ…ْÙˆَالِÙƒُÙ…ْ Ù„َا تَظْÙ„ِÙ…ُونَ ÙˆَÙ„َا تُظْÙ„َÙ…ُونَHai orang-orang yg beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yg beriman.Maka jika kamu tak mengerjakan , maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat , maka bagimu pokok hartamu; kamu tak menganiaya dan tak dianiaya. (QS. Al-Baqarah : 278-279) 3. As-Sarakhsy berkata bahwa seorang yg makan riba akan mendapatkan lima dosa / hukuman sekaligus. Yaitu At-Takhabbut, Al-Mahqu, Al-Harbu, Al-Kufru dan Al-Khuludu fin-Naar. · At-Takhabbut : Kesurupan seperti kesurupannya syetan. · Al-Mahqu : Dimusnahkan oleh Allah keberkahan hartanya · Al-Harbu : Diperangi oleh Allah SWT · Al-Kufru : dianggap kufur dari perintah Allah SWT. Dan dianggap keluar dari agama Islam apabila menghalalkannya.Tapi bila hanya memakannya tanpa mengatakan bahwa riba itu halal, dia berdosa besar. · Al-Khuludu fin-Naar : yaitu kekal di dlm neraka, sekali masuk tak akan pernah keluar lagi dari dalamnya. Nauzu bila.
D. Macam- macam Riba Al-Hanafi mengatakan bahwa riba itu terbagi menjadi dua, yaitu riba Al-Fadhl dan riba An-Nasa'.Sedangkan Imam As-Syafi'i membaginya menjadi tiga, yaitu riba Al-Fadhl, riba An-Nasa' dan riba Al-Yadd.Dan Al-Mutawally menambahkan jenis keempat, yaitu riba AlQardh. Semua jenis riba ni diharamkan secara ijma' berdasarkan nash Al Qur'an dan hadits Nabi" (Az Zawqir Ala Iqliraaf al Kabaair vol. 2 him. 205).[10] Secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi dua besar, yaitu riba hutang-piutang dan riba jual-beli.Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyah.Sedangkan kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah. 1. Riba Qardh Suatu manfaat / tingkat kelebihan tertentu yg disyaratkan terhadap yg berhutang (muqtaridh). 2. Riba Yad Jual beli dgn mengakhirkan penyerahan yakni bercerai beraiantara dua orang yg akad sebelum timbang serah terima. 3. Riba Fadhl Riba fadhl adlh riba yg terjadi dlm masalah barter / tukar menukar benda. Tapi bukan dua jenis benda yg berbeda, melainkan satu jenis barang tapi dgn kadar / takaran yg berbeda. Dan jenis barang yg dipertukarkan itu termasuk hanya tertentu saja, tak semua jenis barang.Barang jenis tertentu itu kemudian sering disebut dgn "barang ribawi". Harta yg dpt mengandung riba sebagaimana disebutkan dlm hadits nabawi, hanya terbatas pd emas, perak, gandung, terigu, kurma dan garam saja.
Dari Ubadah bin Shamait berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:” Emas dgn emas, perak dgn perak, gandum dgn gandum, terigu dgn terigu, korma dgn korma, garam dgn garam harus sama beratnya dan tunai. Jika jenisnya berbeda maka juallah sekehendakmu tetapi harus tunai (HR Muslim). Di luar keenam jenis barang itu tentu boleh terjadi penukaran barang sejenis dgn kadar dan kualitas yg berbeda. Apalagi bila barang itu berlainan jenisnya.Tentu lebih boleh lagi. · Emas : Barter emas dgn emas hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, emas 10 gram 24 karat tak boleh ditukar langsung dgn emas 20 gram 23 karat. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu. · Perak : Barter perak dgn perak hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, perak 100 gram dgn kadar yg tinggi tak boleh ditukar langsung dgn perak200 yg kadarnya lebih rendah. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu · Gandum : Barter gandum dgn gandum hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, 100 Kg gandum kualitas nomor satu tak boleh ditukar langsung dgn 150 kg gandum kuliatas nomor dua. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu · Terigu : Demikian jg barter terigu dgn teriguhukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, 100 Kg terigu kualitas nomor satu tak boleh ditukar langsung dgn 150 kg terigu kuliatas nomor dua.Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu. · Kurma : Barter kurma dgn kurma hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, 1 Kg kurma ajwa (kurma nabi) tak boleh ditukar langsung dgn 10 kg kurma Mesir. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu.
4. Riba Nasi’ah Riba Nasi’ah disebut jg riba Jahiliyah. Nasi'ah bersal dari kata nasa' yg artinya penangguhan. Sebab riba ni terjadi karena adanya penangguhan pembayaran.Inilah riba yg umumnya kita kenal di masa sekarang ini. Dimana seseorang memberi hutang berupa uang kepada pihak lain, dgn ketentuan bahwa hutang uang itu harus diganti bukan hanya pokoknya, tetapi jg dgn tambahan prosentase bunganya. Riba dlm nasi'ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, / tambahan antara yg diserahkan saat ni dgn yg diserahkan kemudian.
Contoh : Ahmad ingin membangun rumah. Untuk itu dia pinjam uang kepada bank sebesar 144 juta dgn bunga 13 % pertahun.Sistem peminjaman seperti ini, yaitu harus dgn syarat harus dikembalikan plus bunganya, maka transaksi ni adlh transaksi ribawi yg diharamkan dlm syariat Islam.


BAB III
SIMPULAN
Dari uraian di atas dpt disimpulkan bahwa : Jual beli secara lughawi adlh saling menukar. Jual beli dlm bahasa Arab dikenal dgn istilah al-bay’. Secara terminology jual beli adlh suatu transaksi yg dilakukan oleh pihak penjual dgn pihak pembeli terhadap sesuatu barang dgn harga yg disepakatinya. Menurut syari’at islam jual beli adlh pertukaran harta atas dasar saling merelakan / memindahkan hak milik dgn ganti yg dpt dibenarkan. Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu: e. Bai’ (penjual) f. Mustari (pembeli) g. Shighat (ijab dan qabul) h. Ma’qud ‘alaih (benda / barang).
Riba secara bahasa adlh sesuatu yg bertambah dari pokoknya, sedangkan menurut syara’ adlh akad yg terjadi dgn penukaran tertentu baik bentuk barang sejenis maupun uang yg berlebih ketika pengembaliannya sesuai dgn jatuh temponya. Riba terbagi kepada 4 bagian : 1. Riba fadhli 2. Riba qadi 3. Riba yad 4. Riba nasa’


Daftar Pustaka


Rasyid Sulaiman, 2010, Fiqih Islam,Sinar Baru Algensindo, Bandung Yunus Mahmud, Naimi Nadlrah, 2011, Fiqih Muamalah, Ratu Jaya, Medan Syafe’i Rachmat, 2006, Fiqih Muamalah untk UIN, STAIN, PTAIS, Dan Umum, Pustaka Setia, Bandung Imran Ali, 2011, Fikih, Taharah, Ibadah, Muamalah, CV. Media Perintis, Bandung Moh, Rifa’i, 1978, Ilmu Fiqih Islam Lengkap,CV. Toha Putra, Semarang Moh. Rifa’i, dkk, 1978, Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, CV. Toha Putra Semarang




[1] Moh Rifa’i,Ilmu Fiqih Islam Lengkap,Toha Putra,Semarang:1978, hal 402[2] Ali Imran,Fikih Taharah, Ibadah Muamalah, Cipta Pustaka Media Perintis,Bandung:2011[3] Rahmat Syafe’i,Fiqih Muamalah untk UIN,STAIN, PTANIS, dan Umum, Pustaka Setia, Bandung:2006, hal: 74-75[4] Ibid, hal: 76S[5] Mahmud Yunus, dan Nadlrah Naimi,Fiqih Muamalah, CP. Ratu Jaya, Medan: 2011, hal 104-105[6]Lihat al-Fqihul Islami wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az-zuhaili jilid 4 halaman 364
[7]Moh. Rifa’i,dkk, Terjamah khulasah kifayatul akhyar, cv.Toha putra ,Semarang, 1978, hal 184[8] Ali Imran, opcit hal 162[9] Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010, hal 292[10] Moh. Rifa’i, dkk. Opcit, hal 262

0 Response to "MAKALAH TENTANG JUAL-BELI DALAM DUNIA ISLAM"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *